Gong Xi Fa Cai,
Bertepatan dengan Hari Raya Imlek ini, Saya ingin sedikit membahas mengenai komunitas Tionghoa yang hidup berdampingan di masyarakat kita. Sejarah singkat dari orang Tionghoa dimulai sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan dengan berimigrasi secara bergelombang. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.
Bertepatan dengan Hari Raya Imlek ini, Saya ingin sedikit membahas mengenai komunitas Tionghoa yang hidup berdampingan di masyarakat kita. Sejarah singkat dari orang Tionghoa dimulai sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan dengan berimigrasi secara bergelombang. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.
Tionghoa atau
tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di
Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa
Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Banyak terdapat ‘stereotype’ mengenai komunitas Tionghoa
yang berkembang di masyarakat. Salah satunya anggapan bahwa warga Tionghoa
kecenderungan memiliki mata agak sipit, walaupun tidak sepenuhnya benar, karena
beberapa dari teman Saya yang memiliki mata agak sipit sebetulnya mereka
keturunan Jawa tulen.
Stereotype
lainnya yang berkaitan dengan warga Tionghoa dipengaruhi sejarah dari leluhur warga
Tionghoa terdahulu yang kedatangannya ke Indonesia dengan maksud untuk berniaga.
Muncullah anggapan bahwa warga Tionghoa sangat mahir dalam berdagang Salah satu
alasannya, barang yang ditawarkan lebih berkualitas dan harganya lebih
terjangkau. Sehingga, banyak orang yang lebih memilih untuk berbelanja disana. Seperti
kata pepatah,“Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”, prinsip itulah
yang mungkin dianut oleh warga Tionghoa untuk menjaga konsistensinya. Hal itu
mungkin tidak diperhatikan oleh pedagang-pedagang local pada umumnya, yang
lebih mengutamakan keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu singkat.
Stereotype-stereotype
diatas tidaklah selalu benar dengan kenyataan yang ada. Hal itu tergantung
bagaimana kita menyikapinya dan penting bagi kita untuk selalu berpikir positif
terhadap suatu hal yang berkembang dalam masyarakat kita. Sehingga kita dapat
tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.
Ciahhhh,, mentang2 pas sincia ngepostnya jg soal imlek,,tp gp yud,,good job...
BalasHapusseperti pelangi yg berwarna warni, bgtu pula dengan kehidupan ni,berbagai macam suku dan budaya,dan Qta harus saling menghargai itu,,
kalo kata tukul ambil yang positif2, buang yg negatif2...
#comenQ nyambung pora to???
seng pnting coment,,hahahaha
Bagus,,, Bagus sekali kawan,,,
BalasHapusTepat sekali yang anda tulis bahwa orang jawa juga banyak yg mempunyai mata sipit, mungkin yang anda maksud teman anda adalah saya... :p heheheheee,
Tp bagaimanapun keadaannya we must try to STOP Negative Stereotyping from a small things!!
wahh itu Cik Wulan..bangett :)
BalasHapushow Lucky are they, because now they can celebrate that without feeling threatened their safety in Indonesia..
Imlek is not only for Tionghoa,, but for everyone,, take the positive and throw away the negative..
postingan bagus yang diawali tentang sejarah orang tiong hoa di Indonesia.. nampaknya anda benar-benar menerapkan "apersepsi" yang tepat untuk memulai postingan anda.. mengenai stereotipe itu sendiri kadang memang sering kita jumpai ada benarnya juga ada salahnya.. sy stuju dengan pendapat anda bahwasanya jita harus menyikapi hal tersebut dengan positif.. ok kawan lanjutkan kiprah anda untuk terus selalu berkarya..
BalasHapusyups...
BalasHapusI agree with you yudi..
but there is also the fact that many indigenous people of Indonesia are not happy with tionghua, they are considered foreigners who colonized Indonesia ..
The most important is that we must live peacefully each other
sangat bagus yudi postingan anda.. ya stereotipe dari segi fisik mungkin ya yang anda postingkan....
BalasHapusdari cerita anda saya belajar bahwa jangan menggambarkan seseorang yang pada dasarnya kita kurang tahu
saya setuju,postingannya sangat menarik untuk di baca..dan saya menjadi tahu, menambah pengalaman.
BalasHapusGreat job..
BalasHapusbanyak hal dari chinese yg bisa kita pelajari sebetulnya..tentang kerja keras dan cara mereka mensugesti positive diri mereka dengan ramalan2..(yg positive tentunya)..xixixi...=)
Good..Job..=)
setuju cak yud.. mungkin kita kadang melihat orang2 keturunan tionhua itu kerjanya cuma jalan2 tp kq tetep punya uang,.. padahal dibalik itu juga mereka sebenarnya pekerja keras dan tidak pelit untuk memberikan persembahan (klo waktu imlek bs ber juta2 uang yang dihabiskan)
BalasHapus